Oleh: Seppnat Kambu, ST, MT
Sebab itu apakah yang akan kita
katakana tentang semuanya itu ? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan
melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi
menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan
segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia.? Siapakah yang akan
menggugat orang-orang Pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah
yang akan menghukum mereka Kristus Yesus, yang telah mati ? Bahkan lebih lagi:
yang telah bangkit, yang juga duduk disebelah kanan Allah yang malah menjadi
Pembela bagi kita.(Roma 8: 31-34)
Kunjungan Duta Besar Amerika
Serikat dan Duta Besar Inggris ke Papua
pada dua minggu belakangan ini mendapat sorotan banyak pihak. Kunjungan kedua
Dubes tersebut menjadi topik menarik yang di diskusikan oleh kalangan awak
media, politisi, akademisi, aktivis, bahkan para netizen pun ramai
memperbincangkanya.
Kunjungan Dubes AS yang awalnya
tidak di ketahui tujuannya sehingga menimbulkan banyak spekulasi dan tafsir.
Pihak lain menafsirkan kunjungan ini sebagai bagian dari scenario mempersiapkan
Papua Merdeka. Kunjungan ini sejatinya adalah untuk mendapat dukungan
masyarakat Papua terhadap keberadaan Freeport untuk tetap beroperasi di tanah
Papua. Hal ini semakin jelas dengan adanya pertemuan antara Dubes AS bersama
beberapa tokoh Gereja di Papua. Para pimpinan gereja menyatakan mendukung
PT.Freeport untuk tetap beroperasi di tanah Papua.
Dukungan para pimpinan gereja
terhadap PT.FI ini mendapat kritikan dari berbagai pihak. Alasnya karena
Freeportlah yang menjadi penyebab kekerasan HAM dan kemanusiaan di tanah Papua.
Satatus rakyat Papua yang saat ini menjadi menyebabkan konflik vertical antara
masyarakat Papua dan pemerintah pusat itu di sebabkan oleh kehadiran Freeport,
sebagaimana kita ketahui bersama dalam sejarah Papua.
Perjuangan rakyat Papua untuk
mendapatkan kesejahteraan dan keadilan dilalui dengan berbagai cara. Diplomacy
adalah salah satu cara, banyak tokoh-tokoh Papua melarikan diri ke Amerika,
Belanda, Inggris, Australia, German, dan lain-lain untuk melakukan lobi-lobi
internasional untuk mendapatkan simpati public internasional guna merubah nasib
bangsa Papua. Tentu ini semua adalah upaya manusia. Nyatanya kasus HAM Papua
hanya di jadikan alat tawar untuk menekan Indonesia agar mau membuka diri
terhadap investasi raksasa mereka di tanah Papua. Freeport di Pegunungan
Tengah, BP . Di Bintuni, PT. Petrocina International Company (PETRO CINA) dan
masih banyak lagi Multi National Corporation (MNC) yang beroperasi di tanah
Papua.
Loby dan diplomasi adalah
pengetahuan sekuler dunia yang mengecewakan kita selama ini. Sudah seharusnya
kiblat dan arah diplomasi orang Papua kembali kepada kebenaran dan keadilan.
Keadilan dan kebenaran sesungguhnya
yaitu kembali kepada ALKITAB DAN YESUS KRISTUS yang adalah keadilan dan
kebeneran itu sendiri.
Sejauh ini diplomacy kita
bersandar pada pengetahuan sekuler duni, akal budi manusia, kita bergantung kepada dunia Barat yang orientasi
diplomasinya pragmatis mengharapkan mendapatkan
keutnungan ekonomi dari kita untuk pembangunan imperium ekonomi mereka.
Bahkan menjual isu HAM, kemanusiaan dan
lingkungan kita untuk kepentingan mereka.
Inilah saatnya orang Papua
memberkati Israel, kibarkan paji-paji Daud di gunung-gunung,di lebah-lembah dan
pesisir-pesisir pantai di seluruh Tanah Papua, agar kita terluput dari panah lusifer yang
sedang mengancam rakyat Papua, (Maz :
60:6) Kepada mereka yang takut kepada-Mu telah Kauberikan panji-panji tanda
untuk berlindung terhadap panah. Itu adalah landasan Alkitabiah teks tual dan
secara kontekstualnya relevan dengan keadaan orang Papua saat ini.
Dasar Alkitabiah yang hendaknya
mendasari perjuangan kita adalah (Mazmur 20: 1-5) “ (2) Kiranya TUHAN Menjawab
engkau pada waktu kesesakan! Kiranya Nama Allah Yakub Membentingi Engkau. (3)
Kiranya dikirm-Nya bantuan kepadamu dari
tempat kudus dan disokong-Nya engkau dari Sion. (4) Kiranya diingat-Nya segala
korban persembahanmun, dan disukai-Nya korban bakaranmu. S e l e (5) Kiranya
diberikan-Nya kepadamu, apa yang kau
kehendaki dan jadikan-Nya kau berhasil apa yang kaurancangkan.
Dasar Alkitabiah lain adalah
(Mazmur 129: 4-6) “Terlupur dari
kesesakan” (4) TUHAN itu adil, Ia memotong tali-tali orang fasik. (5) Semua
orang yang membenci Sion akan mendapat malu dan akan mundur. (6) Mereka seperti
rumput diatas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut, Bagian bacaan lain
juga juga penting untuk dibaca sebagai dasar pijakan kita adalah (Yesaya 18:
3-4).
Uraian diatas menunjukan kepada
kita bahwa perjuangan dengan akal budi kita memang penting sebagai usaha kita,
namun yang lebih penting adalah melakukan apa yang menjadi “PERINTAH “ dan kehendak TUHAN sebagaimana
tercantum dalam Alkitab. Jika kita mengikat perjanjian kita dengan TUHAN
melalui melakukan perintahnya tentang Memberkati Umat (ISRAEL) yang berkati, maka kita diberkati, dibebaskan
dari belengu penindasan, kemiskinan. Sebab janjinya adalah YA dan AMIN.
Dari manakah akan datang
pertolongan kita, Ialah dari Dia yang menjadikan langgit dan bumi beserta
segala isinya. Hendaklah kekuatan, pengharapan dan andalan rakyat Papua hanya
kepada TUHAN. Datang dan menaruh mesbah bagi TUHAN, maka TUHAN akan berperkara
bagi orang-orang yang merancang kejahatan bagi Papua.
SHALOM ELOHIM…!!!!