Minggu, 14 Februari 2016

Noken Maybrat Bertahan Di Era Arus Modrenitas



Oleh: Agustinus R. Kambuaya

Cuaca Kampung Kambuaya pagi itu terselimuti kabut, sepoi angin meniup dari lari lorong-lorong gunung, nyanyian ayam dan burung-burung menyambut datangnya pagi. Disebelah rumah tempat kami nginap ada lapak tempat yang berfungsi sebagai sanggar pembuatan Noken tradisional Maybrat. Mama Petrossina Naa Kambuaya namanya, Istri  dari Bapak Raja Abraham Howayntake Kambuaya, usianya 60-an Tahun. IA adalah pendiri sanggar sekaligus kreator kreatif noken Maybrat yang siap dipasarkan dilapak itu. Melihat aktivitas mama Petrosina, kami menyabanginya sembari bertanya satu dua pertanyaan. Mama sejak kapan mama membuat noken.? mama Petrosina menjawab sejak masih usia remaja. Diskusi kamipun semakin menarik dan berlanjut. Mama Petrosina Kambuaya pun menutrukan panjang lebar soal sejarah, nilai filosofis noken, manfaat dan kegunaanya bahkan keberadaan noken yang terancam punah.

Noken Maybrat

Noken adalah tas tradisonal masyarakat Maybrat, bahan dasar pembuatan noken ini berasal dari serat kulit kayu khas Maybrat yang disebut yukam atau dalam bahasa Latin disebut Wilkstroemia Venosa., atau serat kulit kayu lain dari kayu Byik yang juga  dalam bahasa latin disebut Althoffia Pliostigma. Noken Maybrat mempunyai cirri khas yang berbeda dengan Noken-neken di Papua pada umumnya, bahkan berbeda dengan noken Wamena yang telah terdaftar sebagai keajaiban dunia tak benda di UNESCO 4 desember 2014. Noken Maybrat terdiri dari beberapa jenis dan tipe dan sesuai fungsinya. Ukuran besar biasa digunakan untuk mengisi hasil bumi, sayur-sayuran, umbi-umbian dan kayu bakar. Ukuran sedang digunakan untuk mengendong bayi, mengisi perlengkapan secukunya untuk beraktivitas diluar rumah, bahkan ada jenis kecil yang digunakan untuk menghadiri ibadah, pameran, pembayaran mas kawin dan lain-lain. 

Filosofi Noken Maybrat

Menurut mama Petrosina noken atau tas tradisional Maybrat merupakan warisan nenek moyang kepada mereka. Dari aspek aksiologi (nilai) Noken Maybrat merupakan wujud kecerdasan dan pengetahuan lokal mereka. Untuk membuat noken membutuhkan pengetahuan cukup tentang bahan baku pembuat noken, imajinasi tentang bentuk noken yang akan dihasilkan sebelum nyata secara fisik dibuat. Dari aspek sosial lain, noken menunjukan eksistensi diri, wujud kesabaran, keuletan, ketelitian dan ketrampilan yang tinggi. Menurutnya, aktivitas melatih kesabaran, ketelitian serta ketrapilan inilah yang membentuk kecerdasan emosional ibu-ibu Maybrat yang juga ditransferkan kepada putra-putri mereka yang hebat dan pandai-pandai  saat ini. Dari aspek adat, noken Maybrat bagai dua sisi mata uang, karena selalu menjadi atribut bagi para tetua adat raa bobot (big man), Finya Yum (Wanita tangguh). Aktivitas barter, denda adat, pembayaran mas kawin selalu diisi dalam noken, hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada sesama. Karena berfungsi sebagai atribut adat, maka noken Maybrat menjadi bagian dari adat yang di jalani masyarakat hingga kini.

Noken Maybrat Ditengah Arus  Moderenitas Dan Globalisasi

Keberadaan noken sebagai simbol eksistensi diri orang Maybrat semakin hari semakin tergerus dan tersingkir dari derasnya arus moderenitas dan globalisasi yang sedang melanda semua penjuru dunia. Proses globalisasi membuat dunia saling terhubungkan menjadi satu kampung (global village). Banjirnya arus informasi melalui media elektronik, media cetak, media internet dengan cepat mengubah pola pirik, perilaku, penampilan, pola konsumsi masyarakat Maybrat saat ini. Perkembangan teknologi informasi seperti handphone semakin menegaskan apa yang dikatakan Steve Jobs bahwa dunia kini ada dalam gengaman tangan kita. Pengetahuan kita tentang produk terbaru dapat dengan mudah diakses dalam gengaman tangan kita, hal ini membuat kita terlena mengikuti trend model sehingga menjadi pangsa pasar  (konsumen) produktif.  Tidak dipungkiri bahwa masyarakat Maybrat ikut menyesuaiakan diri dengan arus moderenitas dan globalisasi yang sedang berlangsung selama 10 tahun belakanggan ini. 

Alih-alih menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar (trend model) mendorong masyarakat terutama pemuda pemudi Maybrat dengan cepat mengubah penampilan mereka, termasuk mengunakan tas-tas produk luar yang dianggap sebagai simbol masyarakat maju dan moderen. Paradigma ini lambat laun menjadi cara berpikir umum. Alasan tas-tas moderen sebagai sarana yang efektif untuk membawa fasilitas pendukung aktivitas  memperkuat pergantian pengunaan noken kepada tas-tas moderen, nokenpun menjadi tersingkir. 

Semua perubahan sosial yang terjadi hingga perubahan pengunaan noken kepada tas-tas moderen dilakukan dengan satu kesadaran umum bahwa ini adalah abad moderen, abad yang lebih beradap dari yang sebelumnya. Jika demikian yang menjadi pertanyaannya ialah apa sesunguhnya moderenisasi itu? Jika kita sejenak menelusuri defenisi moderenisasi menurut para ilmuwan, maka pengertian relefan yang bisa kita ambil untuk menjelaskan proses ini yaitu pandangan Soerjono Soekanto; yang menyatakan bahwa “ modrenisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) dan didasarkan perencanaan (social planning);. Dari defenisi singkat ini jelas bahwa perubahan sosial harus terarah dan terencana. Kita menerima perubahan sosial yang datang, termasuk mengantikan penggunaan noken dengan tas moderen tanpa menyadari bagaimana proses produksi tas-tas moderen ini mengalami perubahan dari karya awal khas masyarakat Eropa yang didesaian dan dimodifikasi menjadi moderen dan bernilai ekonomis sehingga kita bisa menggunakannya saat ini. Noken Maybrat  metsinya menjadi karya dasar yang perlu diarahkan oleh pemerintah, direncanakan sehingga berkembang menjadi tas moderen yang bisa dipasarkan hingga ke manca Negara. 

Untuk memperkuat posisi Noken sebagai kreatifitas lokal ditengah arus moderenisasi, maka Pemerintah Kabupaten Maybrat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan perlu membentuk sanggar-sanggar seni khusus yang mewadahi ibu-ibu Maybrat untuk melakukan transfer ketrampilan dan pengetahuan pembuatan noken kepada generasi muda, hal ini dilakukan sebagai bentuk transfer kebudayaan dan pelestarian noken. Program lain yang dapat dilakukan pula adalah mencanangkan hari noken Maybrat bagi anak sekolah maupun pegawai kantoran (PNS) seperti hari Kamis atau hari Jumat. Hari tersebut merupakan hari diamana semua masyarakat mengunakan noken Maybrat dalam aktivitas pemerintahan, sekolah dan kegiatan sosial lainnya. Jika ini dapat dilakukan, maka masyarakat Maybrat menjadi masyarakat global yang bertindak lokal (think gobal act local), yang tidak meninggalkan indentitas lokal dan menjadi korban globalisasi.