Oleh: Agustinus R. Kambuaya
Papua tanah yang kaya, surga
kecil jatuh ke bumi, kaya alamnya dan kaya juga akan budaya dan adat isti adat
suku-sukunya. Masyarakat Papua terdiri dari 319 suku yang tersebar di seluruh
tanah Papua. Belanda yang kala itu masuk ke Papua melihat suku-suku yang
tersebar memiliki ckhiri khas yang mirip bahkan sama, Belanda kemudian
mengelompokan adat isti adat ini kedalam 7 wilayah adat. Wilayah kepala burung
Maybrat termasuk dalam wilayah adat Domberay yang terdiri dari 52 suku.
Kain Timor adalah salah satu
tradisi masyarakat Maybrat yang paling menonjol di wilayah adat Domberai. Dalam
kehidupan masyarakat Maybrat kain timur menjadi pusat nilai tertinggi disamping
nilai filosofi hidup lainnya. Keseharian masyarakat seperti upacara adat,
ritual, barter (perdagangan), pembayaran mas kawin, seni tari, semuanya
menjadikan kain Timor sebagai standar ukuran tertinggi. Semua segi kehidupa
sosial masyarakat Maybrat bertumpu pada kain Timor, kehidupan mereka terasa
tidak lengkap jika tidak beriringan dengan kain timor. Mungkin bagi pandangan
masyarakat non Maybrat Kain Timor hanyalah benda kain yang sama dengan
kain-kain pada umumnya, namun bagi masyarakat Maybrat kain Timor Maybrat
menjadi sentral adat tertinggi dan berhubungan langsung dengan hidup, kekayaan,
prestis, kekauasaan dan kebahagian psikologis mereka.
Sejarah
Kain Timor Maybrat
Kain Timor begitulah
masyarakat Maybrat menyebutnya, secara historis asal usul kain Timor Maybrat
memiliki beberapa fersi. Menurut Max Mayr Kambuaya salah satu tokoh masyarakat
Maybrat, senior birokrasi yang lahir diera 1940-an, menuturkan bahwa kain Timor
Maybrat adalah kain yang dibawa oleh para pedagang dan pelaut Portugis dari
wilayah NTT. Menurut Max Mayr Kambuaya, kala itu belum ada mata uang yang
digunakan sebagai alat bayar sehingga para pelaut portugis yang masuk ke
wilayah Domberai mengunakan Kain Timor untuk menukarnya dengan burung kuning,
rempah-rempah dan lain-lain. Kain timor hasil pertukaran dengan burung kuning
dan rempah-rempah ini mulai dijadikan barang bernilai yang di gunakan untuk
membayar dan menukar barang sehingga menyebar dari Fak-fak dan Inanwatan ke
wilayah Moi, Tehit, Sawiat hingga ke Maybrat. Kain Timor kemudian di Populerkan
sebagai barang bernilai. Selain menyebar ke wilayah Maybrat, kain Timor juga
tersebar melalui perdagangan hingga ke wilayah Doreri, terutama suku-suku
Mandacan di Mnukwar.
Meski kain Timor dianggap
sebagai barang hasil migrasi yang masuk melalui perdagangan ke Papua, bagi
orang Maybrat masih ada fersi lain. Menurut masyarakat Maybrat kain-kain Timor
bernilai tinggi seperti Wansafe atau Sarim punya cerita sejarah mitos
tersendiri. Menurut orang Maybrat kain-kain ini diberikan oleh alam, melalui
pristiwa-peristiwa alam, kain ini diberikan oleh mata air, pohon, cerita-cerita lisan ini berkembang
menjadi mitos yang dipercaya oleh masyarakat Maybrat. Mitos-mitos ini membuat
kain-kain yang diwariskan oleh marga-marga tertentu kepada anak-anaknya menjadi
kepercyaan yang hidup ditengah masyarakat Maybrat. Sejarah dan mitologi kain
timur Maybrat ini semakin melegitimasi dan mempopulerkan kain Timor sebagai
benda adat bernilai tinggi.
Fungsi
Dan Manfaat Kain
Kain Timor bagi masyarakat
Maybrat memiliki nilai guna sosial, ekonomi dan politik komunitas. Kain Timor pada masa-masa sebelumnya berfungsi
sebagai alat barter dalam perdagangan
tradisonal masyarakat Maybart. Aktivitas tukar menukar hasil bumi
pertanian dan lain-lain, kain timor dijadikan alat bayar yang bernilai dan
efektif. Dengan kain timor seseorang bias mendapatkan keladi, sayur, sayuran,
ikan, minuman tradisional (Sageru), bahkan digunakan untuk membeli dan membayar
tanah garapan kepada keret tertentu.
Selain berfungsi sebagai
alat bayar dalam aktivitas perdagangan, kain Timor juga digunakan sebagai alat
pembayaran mas kawin, upacaya adat dan lain-lain. Keadaan masyarakat Maybrat
yang kala itu gemar konflik untuk saling menaklukan, kain timur menjadi sarana
efektif untuk merekonsiliasi dan menyelesaikan koflik. Pembunuhan, permasalahan
muda-mudi kain timur berfungsi efektif untuk mendamaikan. Bagi orang Maybrat
penyelesaian konflik serta menceha tetrjadinya konflik maka kain Timor yang
dianggap bernilai tinggi harus diberikan sebagai kompensasi atas hilangnya
nyawa orang. Fungsi kain Timor sebagai pendamai konflik dan pembayaran mas kawin
masih berlaku hingga saat ini. Jika ditelisik sekian kasus pembunuhan yang
terjadi di masyarakat, hokum positif tidak efektif mendamaikan kelompok yang
bertikai sehingga hokum adat dengan kain Tmor masih menjadi pendamai yang
efektif.
Filosofi
Kain Timor
Walaupun hanya benda berupa
kain namun kain Timor Maybrat terkandung makna filosofis yang dalam. Pertukaran
kain adat yang dilakukan masyarakat Maybrat secara turun-temurun mengikat
kekerabatan sosial yang tinggi. Dari jalur pertukaran kain yang berpindah
tangan ini menciptakan solidaritas sosial yang tinggi. Hal ini nampak jelas
ketika salah satu dari anggota keluarga yang meninggal, sakit atau mengalami
masalah kerabat jalur kain Timor akan berbondong-bondong meberikan bantuan
materi dan lain-lain. Kain Timor dalam proses denda adat serta pembayaran mas
kamwin mengandung nilai kebersamaan.
Dari aspek sosial masyarakat
Maybrat merasa terpandang di komunitasnya, bagi mereka yang menyimpan kain yang
berkelas mendapat status sosial yang tinggi atau sering disebut raa bobot.
Strata sosial masyarakat Maybrat juga ditentukan oleh status kain yang
dimiliki. Karena sulitnya mendapatkan kain klas tertinggi, masyarakat Maybrat
tidak berlaku amoral, kasar bahkan jahat sebab tindakan merugikan sesame ini
akan di kompensasikan dengan kain berkelas yang hanya dimiliki oleh orang
tertentu. Konsekwensi sosial beruapa kain yang akan dibayarkan ini berfungsi
efektif mengontrol perilaku hidup masyarakat Maybrat. Kaum muda-mudi bahkan
orang dewas tidak bergaul bebas bahkan berhubungan bebas, sebab sangsi kain
timur menjadi beban berat yang akan ditanggung. Bagi mereka yang tidak memiliki
kain bernilai harus meminjam untuk membayar denda adat, hal ini menciptakan
lingkaran utang yang panjang.
Nilai filosofis kain timur
lain adalah strategi pertukaran kain timur dengan mengunakan kain yang dianggap
bernilai rendah menukarkan dengan mengharapkan gentian kembali dengan kain
bernilai lebih tinggi merupakan cirikhas kapitalisme kain timur.
Prinsip-prinsip pengetahuan strategis lokal ini sering diadopsi kedalam dunia
politik bahkan ekonomi generasi Maybrat
di era moderen saat ini. Hal ini bias diliat dengan adanya slogan-slogan uang
kecil beli uang besar, modal kecil untung besar merupakan wujud nyata
prinsip-prinsip pertukaran kain timur yang diadopsi dalam dunia bisnis.
Dibidang politik strategis
khas lokal Maybrat juga sering di jadikan filosofi, prinsip dan strategi dalam
membangun jaringan, basis politik. Membangun relasi dengan utang, menolong
dengan kain timur dengan tujuan menjaga relasi dan aliansi ini juga diadopsi
kedalam politik praktis moderen saat ini. Pada prinsipnya kain timur hanyalah
benda yang menhidupkan semua aspek dalam diri orang Maybrat.
Kain
Timor Maybrat Di Era Moderen
Di era moderen saat ini kain
Timor dalam pandangan orang Maybrat masih menjadi aspek penting dan menduduki
posisi tertinggi. Warisan budaya tutur tentang manfaat, makna kain timor terus
ditransfer kepada generasi muda. Kita bias menjumpai aktivitas menjual kain
oleh generasi muda saat ini, kain dijual dalam bentuk rupiah bisa mencapai
puluhan bahkan ratusan juta. Aktivitas pembayaran mas kawin bahkan denda adat
konflik, urusan muda-mudi masih mengunakan kain.
Bahkan kain yang diwariskan
kepada generasi muda dengan semua nilai filosofi yang diceritakan membuat
anak-anak muda Maybrat saat ini menjadikanya sebagai suatu kembagaan
sosial, sebagai alat ukur nilai diri,
suatu bentuk pemisah strata sosial. Dengan kain Timor anak-anak muda Maybrat
mendefenisikan diri mereka sebagai pemimpin berbeda di komunitas mereka, karena
memiliki ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki kain Timor, kedua legitimasi ini
menjadi modal mencitrakan diri.
Meskidiwariskan secara baik,
namun ada bagian yang hilang yaitu fungsi relasi kain timor yang dulunya
menyatukan orang Maybrat yang tinggal jauh maupun dekat, membentuk solidaritas
sosial tinggi, menjaga harmoni sosial agar orang tidak bertindak semena-mena
menjadi hilang. Prinsip-prisp kebersamaan, tolong menolong serta menghargai
menjadi pudar. Kain timurpun diukur nilainya dengan uang rupiah, makna
filosofis dan moral menjadi sirna dan suram. Peran pemerintah dan tetua adat
diperlukan untuk meluruskan fungsi dan filosofi pokok kain timur dibutuhkan
untuk memperkuat khasanah budaya dan adat isti adat Maybrat.
Anu
raa yum, anu bsee, anu btak. Awia u anu oh fo, tija u ifo yoh fo.